Dr. Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA)

Sistem pendidikan di Indonesia belum membebaskan. Peserta didik menjalani proses belajar
bagaikan dalam penjara. Sekolah alternatif bisa menjadi solusi. Demikian disampaikan Ketua
Komnas Perlindungan Anak DR. Seto Mulyadi kepada Subhi Azhari dari the WAHID Institute.
Berikut wawancara lengkapnya.

Apa yang dimaksud pendidikan yang membebaskan?
Membebaskan anak untuk berkreasi, mengekspresikan
perasaannya, dan sebagainya. Intinya tidak membebani anak
dan tidak menjadikan sekolah itu seperti penjara. Ketika anak
mendengar “hari ini boleh pulang, kerena ibu guru mau rapat,”
mereka bilang “horeee, bebas!” Ini karena sekolah kita laksana
penjara. Seharusnya sekolah itu membebaskan ide-ide kreatif
mereka.
Sistem pendidikan kita sudah membebaskan?
Belum! Kesadaran bahwa pendidikan itu untuk anak, belajar
itu hak bukan kewajiban, itu masih minim. Sekarang anak-anak
lebih banyak diperlakukan seperti robot; harus nurut, anak
untuk kurikulum, sarat kekerasan, dan kadang sekedar mengejar
nilai bukan proses. Ini sangat merugikan bagi pengembangan
kreativitas dan kemandirian anak.

Pendidikan yang membebaskan itu seperti apa?
Apa yang dimaksud pendidikan yang membebaskan?
Membebaskan anak untuk berkreasi, mengekspresikan
perasaannya, dan sebagainya. Intinya tidak membebani anak
dan tidak menjadikan sekolah itu seperti penjara. Ketika anak
mendengar “hari ini boleh pulang, kerena ibu guru mau rapat,”
mereka bilang “horeee, bebas!” Ini karena sekolah kita laksana
penjara. Seharusnya sekolah itu membebaskan ide-ide kreatif
mereka.

Sistem pendidikan kita sudah membebaskan?
Belum! Kesadaran bahwa pendidikan itu untuk anak, belajar
itu hak bukan kewajiban, itu masih minim. Sekarang anak-anak
lebih banyak diperlakukan seperti robot; harus nurut, anak
untuk kurikulum, sarat kekerasan, dan kadang sekedar mengejar
nilai bukan proses. Ini sangat merugikan bagi pengembangan
kreativitas dan kemandirian anak.

Pendidikan yang membebaskan itu seperti apa?
Seperti home schooling, sekolah alternatif, juga sekolah alam yang
memungkinkan anak belajar dengan cara masing-masing. Kalau
ada delapan standar pendidikan nasional yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), maka yang harus
diikuti hanya tiga; yaitu standar isi kurikulum, standar kompetensi
lulusan dan standar evaluasi. Sedangkan standar proses, standar
guru, standar biaya, standar sarana prasarana, itu bebas.

Cara mengevaluasinya?
Sama saja, pakai pertanyaan-pertanyaan standar kompetensi yang
diharuskan. Bahkan kami sedang mendesak mereka tidak saja
bisa ikut ujian kesetaraan, tapi juga ujian nasional sama seperti
sekolah formal. Di sini akan dilihat anak-anak yang sekolah
lewat jalur formal dan informal itu kualitasnya sama apa tidak.
Penelitian di AS menunjukkan, mereka yang home schooling,
secara akademik maupun psiko sosial-nya banyak yang lebih
tinggi dari anak-anak yang sekolah biasa.

Peran guru dalam model sekolah ini?
Sebagai fasilitator proses belajar. Guru juga bisa belajar bersamasama
dengan murid.
Tempat belajarnya?
Bisa di mana saja. Di tenda, rumah, atau pasar. Sesekali mereka
diajak keluar. Misalnya ke kantor polisi, pemadam kebakaran
atau apa saja.

Bagaimana pendekatan belajarnya?
Tetap mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Bukan anak
untuk kurikulum, tetapi kurikulum untuk anak. Jadi, kurikulum
didesain untuk anak dalam kondisi yang berbeda. Misalnya, untuk
anak-anak di Pasar Induk Kramat Jati. Setelah belajar hari Sabtu
dan kita yang datang ke sana, mereka lalu kembali menjual koran,
menyemir sepatu, mengupas kerang atau apapun. Kalau ditanya
kenapa tidak sekolah? Mereka jawab, “Sekolahnya terlalu ketat,
kami tidak bisa kerja”. Maka pilihannya pendidikan alternatif.
Kita jemput bola. Modelnya kelas berjalan; kita datengin dan
kita sediakan fasilitas. Mereka belajar sangat semangat dan
gembira.[]

Referensi : Tempo
Diposting oleh Reziqbermain

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates